Kamis, 26 Maret 2009

Jb Metz

Fungsi Sosial Gereja dalam Terang “Teologi Politik”
(dalam Concilium Vol 6 No 4, Juni 1968, hlm 3 – 11)

1. Langkah-langkah karangan dan isinya yang pokok
1) Pertama-tama dipaparkan mengenai “Teologi Politik” yang dipandang sebagai (1) suatu koreksi kritis terhadap kecenderungan teologi kontemporer yang berkonsentrasi pada perihal yang berkaitan dengan privat-individual, dan (2) suatu usaha positif untuk merumuskan pesan eskatologis dalam situasi masyarakat dewasa ini. Dua hal ini dijabarkan dengan
q (1) melihat fungsi kritisisme di dalam teologi yang ditunjukkan dengan kecenderungan teologi untuk memperlakukan Kristianitas sebagai suatu perhatian privat – yang tidak terhubung dengan dunia, dan pentingnya demitologisasi serta sikap kritis terhadap kecenderungan pandangan privat tersebut, serta
q (2) menjelaskan tugas teologi politik berkenaan dengan hubungan antara agama dan masyarakat – antara gereja dan masyarakat publik yang berakar dari sejarah dan tradisi biblis serta terarah pada pembangunan jembatan antara teologi eskatologis dan teologi yang memperhatikan situasi aktual dunia.
2) Kemudian ditunjukkan peran dan posisi Gereja sebagai suatu lembaga kemerdekaan yang sosial-kritis. Pokok ini diterangkan dengan
q Pertama-tama melihat dua kesulitan dasar, yaitu (1) apakah sungguh suatu institusi dapat seluruhnya kritis? dan (2) apakah dasar historis dan sosial yang berkenaan dengan Gereja yang dapat mengukuhkan peran kritisnya?
q Kemudian diuraikan fungsi kritis yang membebaskan dari Gereja, yang mencakup (1) pembelaan pada individu, (2) sikap kritis terhadap totalitarianisme, dan (3) perihal cinta kasih sebagai prinsip utama.
q Dan terakhir ditinjau mengenai pengaruh ke dalam (yaitu ke dalam Gereja sendiri) dalam kaitan dengan relasi dengan masyarakat modern yang mencakup: (1) usaha bagaimana menciptakan suatu bahasa baru dari Gereja, (2) efektivitas peran kritis Gereja dalam kaitan dengan pertumbuhan kritisisme publik di dalam Gereja sendiri, dan (3) pentingnya sikap kritis dalam hubungan dengan sikap ideologis yang harus ditinggalkan dan kemungkinan kerja sama dengan pihak-pihak lain.

2. Pesan utama dari karangan
Tulisan J.B. Metz tersebut mau menyampaikan pesan bahwa di dalam dunia dewasa ini yang ditandai dengan perkembangan-perkembangan baru, Gereja sudah semestinya merefleksikan posisi dan peran dirinya secara baru pula dalam proyek pembangunan Kerajaan Allah sedemikian rupa sehingga Gereja menjadi Gereja yang dinamis, manusiawi, aktual, dan kritis terhadap dunia tempat tinggalnya dan terhadap dirinya sendiri.

3. Pertanyaan-pertanyaan
Bagaimana teologi yang senyatanya mau mengajak orang untuk berpikir – dan mendorong orang untuk bertindak berdasarkan iman aktual – ditempatkan dalam hubungan dengan ajaran-ajaran resmi? Sejauh mana peran ‘sosial’ (atau “intervensi”) Gereja dalam dunia hidup bermasyarakat yang pluralis? Bagaimana pembelaan individu bergema dalam kepemimpinan Gereja yang hirarkis?

4. Mengenai ‘suatu lembaga kemerdekaan yang sosial-kritis’
Lembaga ini adalah suatu lembaga di tengah kehidupan dunia kompleks-dinamis, yang mempunyai perhatian pokok pada (1) pembelaan individu di bawah gelombang gerak ke depan masyarakat yang cenderung memperlakukan individu tersebut sebagai semata-mata unsur material atau sarana dalam pembangunan masa depan manusia, (2) perlawanan kritis terhadap bentuk-bentuk totalitarianisme, dan (3) tindakan yang mengedepankan cinta atau komitmen tanpa syarat untuk keadilan, kebebasan, dan kedamaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar