Selasa, 22 Maret 2011

untuk apa refleksi?

Setiap langkah dan aktifitas yang kita lakukan adalah pemberian atas makna hidup kita. Maka “sia-sialah kalau hidup tak direfleksikan”, demikian Sokrates mengatakan. Hidup menjadi bermakna dan senantiasa dinamis kalau kita mau dan mampu mengenali hidup yang telah, sedang dan akan kita jalani. Singkat kata tiga lingkaran hidup itu kita sebut refleksi. Berefleksi memuat unsur-unsur: evaluasi proses/langkah, pengalaman afektif dan intelektual, serta antisipasi ke depan. Refleksi itu berlangsung terus menerus tiada henti dan berefleksi juga diartikan senantiasa mengadakan pembaharuan hidup yang terus menerus. Hidup yang berjalan begitu saja dengan kesibukan yang tak pernah habis kadang kala membawa pada suasana kering atau sulit berdoa. Hal yang perlu dipersiapkan dalam menghadapai kekeringan hidup doa antara lain kembali dalam keheningan; ketenangan fisik, batin, pikiran, di sini butuh kesiapan. Caranya mulai dengan merasakan suasana sekeliling. menggunakan perangkat indrawi (mendengarkan, merasakan, menikmati, menyentuh, menyadari), bagaimana dengan situasi, suasana di mana aku berada.

Doa membutuhkan perjuangan

Ada saat mencinta, saat bimbang dan mempertanyakan, saat gusar dan saat ujian; terhadap semua ini kita harus menambahkan saat kita berjuang bersama Yesus, suatu perjuangan yang tidak pernah selesai. Perjuangan itu lebih seperti pergulatan Yakob di tempat penyebrangan sungai Yabok di malam hari, ketika “seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing” (kej 32:24). Ini merupakan suatu pergulatan melawan seseorang yang lebih kuat, yang tidak pernah menyerah kalah, dan fajar pengetahuan yang tersingkap dari selubungnya belum tiba.

Bukannya yakin bahwa kita melihat suatu kenyataan yang kokoh, karena kita berdua disibukkan olehnya dan masih disibukkan, saat ini masih malam. Saat ini lebih seperti pengalaman Elia, yang setelah angin, gempa bumi dan api, mendengar apa yang tampak seperti angin sepoi-sepoi basa, suatu desiran kecil, dan dia menutup mukanya dengan jubahnya: “Dan setelah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. Dan segera sesudah Elia mendengarnya ia menyelubungi muka dengan jubahnya lalu pergi keluar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi, ‘Apakah kerjamu di sini, hai Elia?’” (1 Raj 19:12-13).

Apakah engkau siap untuk percaya pada apa yang Aku katakan sebagai kata-kata yang berasal dari Allah? Apakah engkau siap mengenal tugas perutusan-Ku sebagai perutusan yang berasal dari Bapa di surga? Apakah engkau siap percaya pada-Ku secara total dan mendalam, seperti Petrus ketika ia berkata, “Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup.” (Mat 16:16)?

Pertanyaan reflektif di atas menjadi sarana untuk melihat sejauh mana relasi kita dengan Allah. Inilah tahap di mana iman kita diuji. Tahap ini melibatkan suatu loncatan yang riset pun tidak dapat membuat kita mengambilnya, suatu langkah yang harus kita jawab di dalam diri kita sendiri, pada hati nurani kita sendiri; suatu langkah yang meletakkan kita tidak di depan figur Yesus, tetapi di hadapan misteri Yesus, hubungan unik-Nya dengan Bapa, transendensi-Nya, maknanya bagi sejarah setiap orang dan sejarah seluruh kemanusiaan serta kemampuan-Nya untuk mewahyukan wajah Allah. Banyak pertanyaan baru, bahkan lebih sulit, muncul kemudian: Mengapa seseorang yang kita pikir begitu dekat dengan Allah, dikasihi Allah, menderita nasib kejam dalam hidup-Nya sendiri? Mengapa Dia tampaknya, dalam bahasa manusiawi, dikalahkan? Mengapa Dia tampak begitu lemah dan tak berdaya?

Pentingnya Doa Kesadaran

St Ignatius dalam Latihan Rohani mengajak orang agar makin mendalam kesadarannya, bahwa Tuhan menghubunginya dan bagaimana hubungan dengan Tuhan itu mempengaruhi hidupnya sehari-hari secara kongkret. Kita terlalu sibuk dengan kegiatan kita? Atau malah Tuhan sibuk dengan kita masing-masing! Salah satu latihan doa yang diberikan oleh St. Ignatius disingkat menjadi “Doa Malam I” yang ada di Madah Bakti no.38. Doa itu disempitkan sebagai “Pemeriksaan Batin”, yaitu dimengerti sebagai memeriksa dosa-dosa. St.Ignatius tidak memasudkan demikian. Ia memaksudkan sebagai suatu refleksi dan penegasan, merefleksi bagaimana Allah berkarya untuk kita, perhatian-Nya, keinginan-Nya mengasihi kita untuk menyadari tanda-tanda yang diberikan-Nya guna menyatakan kasihnya kepada kita dan refleksi bagaimana menanggapi kasih- Nya (dengan tekanan pada kasih-Nya dari pada kasih kita).

Ketika kita mengalami kekeringan doa, ketika kesibukan begitu menguasai diri kita, kita diajak kembali pada doa penyadaran. Bisa dilakukan pada sore atau malam hari. Untuk membangkitkan rasa samadi dapat dilakukan, seperti misalnya sebelum mulai menyalakan lilin atau menyediakan patung. Doa dimulai dengan menenangkan diri di hadapan Tuhan. Kemudian mohon rahmat supaya mata terbuka terhadap bagaimana sikap Tuhan, bagaimana Tuhan menyertai kita, bagaimana tanda-tanda kasih diberikan kepada kita. Bagian pertama doa adalah memohon terang dan membuka hati kepada Tuhan yang mengasihi, memperlihatkan kasih-Nya kepada kita. Untuk itu perlu beberapa saat hening dan samadi.

Bagian kedua adalah bersyukur. Bersyukur karena banyak anugerah yang diberikan Tuhan. Bersyukur karena pertemuan dengan banyak orang atau karena diperkenankan untuk bisa banyak membantu orang, karena senyum dan keakraban yang diterima. Bersyukur karena hal-hal yang dapat kita saksikan, peristiwa yang menyenangkan atau menyusahkan. Bersyukur atas segala pengalaman. Tuhan melihat semua itu dan bersabda, “Semua baik adanya”. Kalau kita memandang mata Tuhan yang mengamati apa yang kita alami, kitapun akan bersyukur kepada-Nya.

Bagian ketiga adalah menegaskan dengan bertanya dalam hati, “Tuhan, pada saat mana Engkau hadir selama hari ini? Apakah aku mendengar ajakan-Mu? Kapan Engkau memperlihatkan kasih-Mu kepadaku? Apakah aku tidak peka terhadap tanda kasih-Mu? Apakah aku melupakan Engkau selama sehari ini?”

Bukan maksud doa penyadaran ini untuk membuat “pembukuan untung-rugi rohani”, yaitu mencari yang baik yang telah dikerjakan dibanding dengan kekurangan atau dosanya. Fokus penegasan adalah mencari tanda-tanda kasih Tuhan. Kita bersyukur atas semua anugerah, bimbingan dan kehadiran-Nya yang Ia nyatakan melalui berbagai perasaan, reaksi batin kita sendiri dan melalui banyak peristiwa hari ini. Karena kita orang yang masih harus berkembang, dalam refleksi dan penegasan ini pun kita menyadari bahwa kita orang berdosa yang memerlukan rahmat untuk berkembang. Kita mohon ampun atas semua yang mengarah kepada dosa, yaitu yang mengarahkan kita untuk menjauh atau menolak Dia.

Pada bagian keempat, kita sadar memerlukan rahmat untuk berkembang dalam kasih Tuhan. Permohonan ampun disertai dengan dambaan untuk berkembang dalam relasi dengan Allah, dambaan pengertian akan Tuhan yang lebih mendalam, dambaan akan merasakan kehadiran Yesus dalam hidup sehari-hari.

Bagian kelima adalah dambaan akan Tuhan. Pada akhir doa kesadaran, kita membangun dambaan supaya hari berikutnya kita dapat lebih mendalam dan mesra hubungan kita dengan Tuhan. Supaya keinginan itu sungguh-sungguh, perlu menjadi kongkret dalam peristiwa mana kita akan lebih peka terhadap Tuhan, apa yang harus lebih diperhatikan, apa yang harus kita lakukan. Kita perlu kata-kata refleksi agar dapat memandu kita untuk menggali/mengeksplorasi hidup doaku. Bagaimanakah pengalaman hidup doaku? Apakah aku masih memerlukan banyak waktu untuk dapat berdoa? Apakah hidup doa membosankan? Bagaimana aku berdamai dan akrab dengan diriku? Apakah aku semakin mengenal diriku hingga berniat mengembangkan atau sebaliknya aku justru menyesalinya? Apakah aku bangga atas penyertaan-Nya? Apakah aku semakin tertantang? Siapakah Yesus bagiku? Pertanyaan-pertanyaan reflektif di atas mengajak kita agar dengan muda kita dapat memohon terang dan membuka hati kepada Tuhan, bersyukur atas segala anugerah dan bimbingan-Nya, penegasan tanda-tanda kasih Allah melalui peristiwa maupun perasaan hati, menyadari perlu rahmat untuk berkembang dan dambaan untuk berkembang dalam kasih.

Sabtu, 28 Maret 2009

Rindu akan keselamatan

Tuhan,
batinku diliputi kegelapan.
Derita dan sakit tak tertanggungkan
menyelimuti aku.
Apa yang kubangun bertahun-tahun
hancur berantakan
remuk seperti keremukan akibat gempa bumi.

Aku berdiri goyah tanpa kepastian
di tengah puing-puing kehendakku
dan aku berseru pada-Mu dengan sisa-sisa kekuatanku.

Tuhan,
Kau hampirkan padaku jalan yang penuh penderitaan ini
agar di kedalaman jiwaku
aku dapat mengalami kesembuhan yang sejati.

Tuhan,
Kau pimpin aku keluar
dari paksaan dan tekanan kekuatan di luar diriku
yang asing bagiku
dari ketakutan-ketakutanku yang tak nyata dan semu
dan Kau bimbing aku untuk mengalami
bahwa diriku Kauterima seperti apa adanya aku.

Tanpa ragu-ragu
aku berseru kepada-Mu
dan Kau menyembuhkan aku
melewati jalan dan cara yang bertahun-tahun lamanya
agar aku bisa menjadi diriku sendiri.

Berkat di Pagi Hari

Tuhan, Engkaulah sumber kehidupanku
dalam kepercayaanku pada-Mu
semoga aku boleh memulai hari ini
dengan kelimpahan berkat-Mu.
Juga bila nanti terjadi padaku
hal yang tak menyenangkan hatiku
berkenanlah Eengkau selalu
menunjukkan cinta-Mu yang lebih penuh padaku.

Tuhan, Engkaulah pecinta langkah-langkah kecilku
dari berkat yang Kauturunkan dari tangan-Mu
semoga aku boleh menerima dan mengalami hari ini.
Semoga semua anugerah-Mu itu benar kusadari
juga di mana aku merasa tak aman dan pasti
dan dicekam ketakutan terhadap segala hal
yang akan menimpa aku kemudian.

Tuhan, Engkaulah pembuat sejarah hidupku
semoga aku aku boleh mempercayakan hari ini pada-Mu
hari yang mungkin akan berlalu
dengan segala teka-teki dan pertanyaannya
tapi juga dengan segala kegembiraan dan keceriaannya.

Tuhan, Engkaulah masa depanku
semoga aku boleh menimbang hari ini dengan cara yang baru
dengan pengharapan yang menegangkan tapi menyenangkan
karena hari ini Engkau akan mengirimkan padaku
apa yang kubutuhkan agar aku bertahan dalam hidupku.

Ken Desi

Ken Desi

Angin bulan purnamakala
meniup di sela-sela paha walawala.
Angin belalang dengan sungutnya
menebarkan harum cumbu cumbanarasa
di balik kainnya yang berceplok-ceplok darah.
Sudah tersibak pahanya yang indah
cahaya bersinar dari sela-selanya
cahaya manitra berkilatan dengan bajradhara
menyemburkan sejuta petaka.

Kebo Ijo, kau telah mati kena petakanya
ditusuk pusaka cumbana
ketika langit hijau dengan harum asmaranya.
Kebo Ijo, kau telah menjelma
menjadi secarik busana
hijau daun warnanya
menutupi paha-paha jelita.

Kebo Ijo, sekarang telah menjadi ijo.
Ijo yang membawa petaka bagi para lelaki.
Maka lelaki-lelaki itu pun meneriakinya “ijo”
Seperti dulu ketika Kebo Ijo dicacimaki:
“Kebo Ijo, kaulah yang membunuh raja”

“Ijo”, makin keras lelaki-lelaki itu berteriak
tak sabar lagi mereka
ingin segera menelanjangi dan menikmatinya.

Ya, dia adalah Ken Dedes yang hidup kembali
lihatlah buah dadanya menyimpan purnamakala
pahanya indah serupa kaki wala-wala
dari sela-sela secarik busananya
terpancar hijau yang mempesona.

-Ya, dia adalah Ken Dedes, permasyuri Singasari
-Bukan, Ken Dedes adalah orkes yang mengiringi
aku menyanyi. Aku bukan Ken Dedes. Aku Ken Desi.
-Tidak, kau adalah Ken Dedes. Lihatlah, hanya secarik
busanamu, dan dari sela-sela pahamu bersinar
cahaya hijau seperti cahaya permasyuri Singsasari.

Ijo. Ijo, ijo…..
Lelaki-lelaki itu berteriak
terbenam dalam cumbu cumbana yang nikmat
Malam pun hangat bertetesan keringat
dan bulan indah membulat
berendakan paha Ken Desi yang telanjang bulat.

Kamis, 26 Maret 2009

Tony Melendez

Kisah Tony Melendez

Tony Melendez tidak bisa bertepuk tangan atau menyalami tanganmu tetapi ia dapat memetik gitar. Meskipun Tony dilahirkan tanpa tangan, ia tumbuh berkembang menjadi seorang gitaris yang handal. Ia telah menerima Inspirational Hero Award dari NFL Alumni Association at Super Bowl XXIII di Miami.

Tony Melendez telah dilahirkan tanpa tangan, tetapi keterbatasan ini tidak mampu menghentikannya untuk menari, berbicara, bermain gitar maupun menikmati hidupnya secara penuh.

Tony dilahirkan tanpa tangan pada tahun 1962 sebagai akibat ibunya yang meminum pil anti mual (Thalidmide). Maka ia dikenal sebagai “a thalidomide baby”. Ia dibawa ke Los Angeles dari Nicaragua untuk mendapatkan tangan palsu. Ia menggunakan tangan buatan sampai usia 10 tahun ketika ia menyimpannya.”Aku merasa tidak enak,” dia menerangkan,”Aku dapat lebih banyak menggunakan kakiku.”Kecendurangannya untuk menggunakan kakinya meluas ke bidang-bidang lain dari sekedar perhatian sehari-hari. Ia ingat,” pertama kali, aku mulai bermain menekan tuts tuts organ. Kemudian di SMA saya mulai bermain-main dengan gitar dan harmonika.” Ia juga mulai menulis lagu-lagunya sendiri. Apakah sekedar bermain-main dengan gitarnya atau mengikuti rutinitas SMA, Tony tidak pernah membiarkan cacatnya menjadi halangan.”Saya merasa nyaman dengan apa yang kukerjakan.”

Ketika di SMA inilah ia terlibat penuh di Gereja Katolik.” Saya ke Gereja ketika saya masih anak-anak karena orang tua saya yang mengajaknya.Kegiatan ini mulai kutinggalkan ketika aku beranjak dewasa. Ketika di SMA, saudaraku selalu berkata,: ayo, kamu harus juga pergi ke Gereja. Bagus”. Saya kembali berangkat ke Gereja dan mempunyai teman yang banyak, dan perubahan hidup.

Pada saat itu, ia mempertimbangkan untuk menjadi imam tetapi tidak bisa karena imam-imam membutuhkan jari-jari yang lengkap. Kabar ini membuatnya kecewa tetapi ia tetap aktif dalam kegiatan gereja, menggunakan talentanya sebagai seorang gitaris dan pengarang lagu untuk misa dan gereja yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan. Permintaan kepadanya semakin meningkat ketika ia bergabung memimpin dan bernyanyi dalam kelompok musik untuk lima kali misa pada suatu hari Minggu. Ia menarik perhatian publik termasuk seseorang yang mengorganisasi aktifitas untuk kunjungan fenomental Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1987.

“Seseorang menarik namaku dan mengundangku untuk suatu pertemuan,” Tony mengenangnya,” Saya tidak ingat pasti kapan itu terjadi” Tony dipanggil dalam audisi dan diterima,”saya sangat senang sekali mendengar kabar tersebut.”

Kegembiraan ini berubah menjadi kecemasan dan menjadi kegembiraan ketika Paus menanggapi permainan Tony dengan sebuah ciuman. Dia memberi catatan bahwa ia tidak tahu pasti bagaimana reaksinya saat itu,” Dia meminta saya untuk tidak bergerak atau sekurity akan memanduku, aku terkejut ketika paus melompat empat kaki untuk menyalamiku.”. Sejak itulah, Tony Melendez melanglang buana ke 27 negara dan tampil di berbagai acara televisi. Ia juga memberi penampilan tambahan kepada Paus selama 4 kali yaitu 2 kali di Vatikan, sekali di Polandia dan 1993 di Denver Colorado dalam acara World Youth Day.

Hari ini, Tony dikenal di seluruh dunia karena kepiwaiannya bermain gitar menggunakan jari-jari kakinya. Pada tahun 1985, Tony mulai bermain dan bernyanyi di daerah Los Angeles. Hanya dua tahun kemudian (1987), hidupnya berubah total ketika ia tampil untuk Paus dan dihadapan 6000 pendengar secara langsung dan jutaan penonton televisi. Tony kemudian mendadak menjadi perhatian publik.

Tetapi sebelum Tony menjadi terkenal karena kepiwaiannya dalam memetik gitar dengan jari-jari kakinya, ia mengalami kesulitan untuk diatasinya khususnya tahun-tahun yang dilalui di sekolah tinggi.

Tony pernah berkata,” Gadis-gadis akan memperhatikanku sebagai proyek simpatinya, setelah itu mereka tidak menampakkan batang hidungnya lagi. Aku tidak mencelanya. Jujur siapa yang mau menjadi pacar yang tidak mempunyai tangan? Sungguh tidak mudah melewati masa remajaku

Saya pergi ke suatu acara dansa tanpa janjian. Sebagaimana kupikirkan sebelumnya, aku hanya menyandarkan tubuhku sendirian di dinding aula. Saya ingat sekali rasanya tidak enak sekali, apakah aku akan mengajak seseorang untuk berdansa atau sambil berharap cemas munculnya seseorang yang mengajakku berdansa.

Tiba-tiba, seorang gadis dari kelas Inggrisku, berjalan ke arahku, memandangku dengan tidak sabar dan berkata,”Mari”. Jelaslah dia mengajakku untuk berdansa dengannya. Memang pendekatannya kurang romantis, tetapi beberapa detik kemudian kami penuh gairah di lantai dansa.

Aku tak pernah berpikir bahwa gadis itu akan tahu bagaimana pentingnya dia bagiku malam itu. Dalam waktu-waktu tertentu dalam hidupku, orang seperti gadis itu datang menyapa atau mengerjakan sesuatu secara tepat dimana aku sedang membutuhkan. Orang-orang yang peka seperti itulah adalah orang-orang pemberi harapan. Mereka sangat jarang, karena mereka dapat melupakan masalahnya sendiri cukup lama untuk membantu sesama yang membutuhkan.”

Anda sekalian juga dapat menjadi pemberi harapan! Anda bisa mulai sekarang dengan membuka tangan dan membantu mereka yang membutuhkan. You can make difference.