Selasa, 22 Maret 2011

Pentingnya Doa Kesadaran

St Ignatius dalam Latihan Rohani mengajak orang agar makin mendalam kesadarannya, bahwa Tuhan menghubunginya dan bagaimana hubungan dengan Tuhan itu mempengaruhi hidupnya sehari-hari secara kongkret. Kita terlalu sibuk dengan kegiatan kita? Atau malah Tuhan sibuk dengan kita masing-masing! Salah satu latihan doa yang diberikan oleh St. Ignatius disingkat menjadi “Doa Malam I” yang ada di Madah Bakti no.38. Doa itu disempitkan sebagai “Pemeriksaan Batin”, yaitu dimengerti sebagai memeriksa dosa-dosa. St.Ignatius tidak memasudkan demikian. Ia memaksudkan sebagai suatu refleksi dan penegasan, merefleksi bagaimana Allah berkarya untuk kita, perhatian-Nya, keinginan-Nya mengasihi kita untuk menyadari tanda-tanda yang diberikan-Nya guna menyatakan kasihnya kepada kita dan refleksi bagaimana menanggapi kasih- Nya (dengan tekanan pada kasih-Nya dari pada kasih kita).

Ketika kita mengalami kekeringan doa, ketika kesibukan begitu menguasai diri kita, kita diajak kembali pada doa penyadaran. Bisa dilakukan pada sore atau malam hari. Untuk membangkitkan rasa samadi dapat dilakukan, seperti misalnya sebelum mulai menyalakan lilin atau menyediakan patung. Doa dimulai dengan menenangkan diri di hadapan Tuhan. Kemudian mohon rahmat supaya mata terbuka terhadap bagaimana sikap Tuhan, bagaimana Tuhan menyertai kita, bagaimana tanda-tanda kasih diberikan kepada kita. Bagian pertama doa adalah memohon terang dan membuka hati kepada Tuhan yang mengasihi, memperlihatkan kasih-Nya kepada kita. Untuk itu perlu beberapa saat hening dan samadi.

Bagian kedua adalah bersyukur. Bersyukur karena banyak anugerah yang diberikan Tuhan. Bersyukur karena pertemuan dengan banyak orang atau karena diperkenankan untuk bisa banyak membantu orang, karena senyum dan keakraban yang diterima. Bersyukur karena hal-hal yang dapat kita saksikan, peristiwa yang menyenangkan atau menyusahkan. Bersyukur atas segala pengalaman. Tuhan melihat semua itu dan bersabda, “Semua baik adanya”. Kalau kita memandang mata Tuhan yang mengamati apa yang kita alami, kitapun akan bersyukur kepada-Nya.

Bagian ketiga adalah menegaskan dengan bertanya dalam hati, “Tuhan, pada saat mana Engkau hadir selama hari ini? Apakah aku mendengar ajakan-Mu? Kapan Engkau memperlihatkan kasih-Mu kepadaku? Apakah aku tidak peka terhadap tanda kasih-Mu? Apakah aku melupakan Engkau selama sehari ini?”

Bukan maksud doa penyadaran ini untuk membuat “pembukuan untung-rugi rohani”, yaitu mencari yang baik yang telah dikerjakan dibanding dengan kekurangan atau dosanya. Fokus penegasan adalah mencari tanda-tanda kasih Tuhan. Kita bersyukur atas semua anugerah, bimbingan dan kehadiran-Nya yang Ia nyatakan melalui berbagai perasaan, reaksi batin kita sendiri dan melalui banyak peristiwa hari ini. Karena kita orang yang masih harus berkembang, dalam refleksi dan penegasan ini pun kita menyadari bahwa kita orang berdosa yang memerlukan rahmat untuk berkembang. Kita mohon ampun atas semua yang mengarah kepada dosa, yaitu yang mengarahkan kita untuk menjauh atau menolak Dia.

Pada bagian keempat, kita sadar memerlukan rahmat untuk berkembang dalam kasih Tuhan. Permohonan ampun disertai dengan dambaan untuk berkembang dalam relasi dengan Allah, dambaan pengertian akan Tuhan yang lebih mendalam, dambaan akan merasakan kehadiran Yesus dalam hidup sehari-hari.

Bagian kelima adalah dambaan akan Tuhan. Pada akhir doa kesadaran, kita membangun dambaan supaya hari berikutnya kita dapat lebih mendalam dan mesra hubungan kita dengan Tuhan. Supaya keinginan itu sungguh-sungguh, perlu menjadi kongkret dalam peristiwa mana kita akan lebih peka terhadap Tuhan, apa yang harus lebih diperhatikan, apa yang harus kita lakukan. Kita perlu kata-kata refleksi agar dapat memandu kita untuk menggali/mengeksplorasi hidup doaku. Bagaimanakah pengalaman hidup doaku? Apakah aku masih memerlukan banyak waktu untuk dapat berdoa? Apakah hidup doa membosankan? Bagaimana aku berdamai dan akrab dengan diriku? Apakah aku semakin mengenal diriku hingga berniat mengembangkan atau sebaliknya aku justru menyesalinya? Apakah aku bangga atas penyertaan-Nya? Apakah aku semakin tertantang? Siapakah Yesus bagiku? Pertanyaan-pertanyaan reflektif di atas mengajak kita agar dengan muda kita dapat memohon terang dan membuka hati kepada Tuhan, bersyukur atas segala anugerah dan bimbingan-Nya, penegasan tanda-tanda kasih Allah melalui peristiwa maupun perasaan hati, menyadari perlu rahmat untuk berkembang dan dambaan untuk berkembang dalam kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar